Kemungkinan yang Berkonsolidasi

Sudah berhari-hari lembaran buku itu tidak bisa diisi oleh apapun. Tidak dengan kalimat, tidak dengan kata-kata atau hanya kata, tidak dengan huruf, tidak dengan hanya sebuah titik.

Mungkin, seluruh kata-kata itu hanya ingin terbang sebatas dinding-dinding imajinasi serta ingatan provosional seorang wanita dengan kemampuan mengingat begitu minim. Mungkin, kata-kata itu belum saatnya keluar dan berkembang menjadi sebuah memori.

Atau, atau mungkin, kata-kata itu hanyalah bentuk lain dari ketakutan penulisnya, murni karena penulis itu menyadari apa yang tidak ingin disadarinya untuk beberapa waktu.

Mungkin, seperti kata Dewi Lestari, penulis itu tidak mampu mengeluarkan seluruh kata-katanya karena takut menjadi sebuah kalimat yang prematur. Walau tidak semua yang lahir dengan prematur berkonotasi negatif. Tapi penulis lebih memilih mengaborsi kata-kata itu.

Mungkin, penulis itu hanya ingin sesekali merasa egois dengan tidak berbagi dengan orang lain apa yang ada di dalam kepalanya, apa yang sesungguhnya berbicara di dalam hatinya, dan hanya ingin dimengerti tanpa kata-kata.

Mungkin, penulis itu hanya ingin membuat sekitarnya untuk berhenti mengenal dirinya lalu membuat sebuah momen untuk menebak apa yang sesungguhnya terjadi di dalam kepala penulis itu. Mungkin, seperti sebuah leburan ombak, ia hanya ingin berusaha sesekali berjalan bersama dengan angin; tidak bertendensi dan hanya murni menikmati.

Walau kadang kala, menikmati adalah hal terburuk yang pernah terjadi dalam setiap teoritis hidup manusia. Menikmati adalah bentuk merah dari kepasarahan.

Mungkin.

Semua serba mungkin.

Satu yang pasti, lembaran-lembaran buku itu masih kosong. Tidak berisi dengan apapun. Dan penulis itu hanya bisa tersenyum, berharap ada sebuah dari sebuah yang mampu mengisinya.

#PerahuKertas

"Aku nggak mau sepuluh, dua puluh tahun dari hari ini aku masih terus-terusan memikirkan orang yang sama. Bingung di antara penyesalan dan penerimaan."

"..Karena hati tak perlu memilih, ia selalu tahu kemana harus berlabuh."

"Saya nggak mau selamanya menjadi bayang-bayang. Saya nggak mau."

"Hati kamu mungkin memilihku, seperti juga selalu memilihmu. Tapi hati bisa bertumbuh dan bertahan dengan pilihan lain. Kadang, begitu saja sudah cukup. Sekarang aku pun merasa cukup."


"Carilah orang yang kamu nggak perlu meminta apa-apa, tapi dia akan memberikanmu segalanya," ucap Remi. "Kamu Remi, kamu yang bisa seperti itu ke aku.." Kugy berucap bergetar, menangis. "Iya, mungkin kamu yang sudah ketemu, saya belum. " Remi menutup pembicaraan.

"Keheningan seakan memiliki jantung. Denyutnya terasa satu-satu, membawa apa yang tak terucap. Sejenak berayun di udara, lalu bagaikan gelombang air bisikan itu mengalir, sampai akhirnya berlabuh di hati."

"Aku melepas kamu supaya kamu nggak terus-terusan berusaha membahagiakan aku. Karena sesungguhnya hati kamu sudah tidak disini."


"Bersama denganmu, semuanya terasa dekat. Dan bumi hanya sebutir debu dibawah kaki kita."

"Hati itu dipilih, bukan memilih. Bertahan atau melepas, bagaimana hatimu, tergantung hatimu. Hatimu yang tahu."

"Saya cinta, selalu cinta, dan akan terus cinta sama kamu. Perasaan ini nggak ada habisnya."

"Jatuh cinta dengan pelan-pelan, jangan sekaligus, nanti berat."


Perahu Kertasku melaju.... bersama Keenan dan K kecil lain yang masih di dalam perut.

Might Be


the night was released by the time
and reason coming without giving you a space to think
the things that you try to keep inside by yourself finally peeled off
the intention changed

you like turn off your way
and just accept the way it is

suddenly, you asking yourself about something that you can't broke
"is the night armor finally coming?"
or there is no night armor? it is just a cliche?

you only see black and white
but suddenly, like a paint spills into one
you finally see the colors; blue, pink, magenta, orange

your world not only black and white

but the worst is when you doesn't want to think about that;
might be the night armor can be true.
might be the things not always peel off.
might be the colors are true.

might be.

....

and
it's all because you scared to feel hurt again
or maybe you just don't realize the color that finally coming into your life.



tangerang, 6 october 2012.
(photo courtesy: Rezky Nugraha)