Cinta Sederhana Ala Mouly Surya Dalam What They Don't Talk When They Talk About Love

What They Don't Talk When They Talk About Love atau yang bisa dengan mudah disingkat sebagai Don't Talk Love adalah karya sineas film yang vakum selama 4 tahun lebih, setelah sebelumnya menjadi sutradara terbaik untuk film "Fiksi" di FFI 2008, Mouly Surya.


Apa yang mau digambarkan Mouly lewat film ini cukup simpel yaitu berusaha memberitahu bahwa dunia orang-orang berkekurangan (difabel) juga bisa memiliki dunia seperti kita, manusia yang diberikan kepercayaan dari Yang Diatas untuk memiliki fungsi tubuh baik. Dan tidak selamanya, hidup dengan keadaan berkekurangan adalah sebuah ketidakindahan.

"Don't Talk Love" memiliki setting sebuah Sekolah Luar Biasa, dimana saya pribadi sangat jatuh cinta dengan ambience yang terdapat di sekolah ini. Begitu hijau, homey, namun tetap terasa sederhana. Di sekolah ini, anak-anak berkebutuhan khusus menghadiri kelas, mereka bersosialisasi, mendengarkan cerita radio (adegan tiga menit yang sangat brilliant, menurut saya), dan mereka bahkan jatuh cinta. Mereka bertingkah selayaknya orang-orang tanpa kebutuhan khusus.



Ada Diana (Karina Salim) yang memiliki kemampuan melihat jarak sangat dekat sehingga harus menggunakan teropong sebagai alat bantu, kemudian jatuh cinta pada seorang laki-laki tuna netra yang tinggal di sebrang kamarnya.

Pun juga, Fitri (Ayushita) yang sudah 'melek cinta' terlebih dahulu daripada Diana, dimanfaatkan oleh pacarnya, dan kemudian jatuh cinta dengan seorang bisu dan tuli bernama Eko, yang diperankan sangat baik oleh Nicolas Saputra. Diana serta Fitri juga teman-teman sekeliling mereka berusaha menikmati hidup ditengah keterbatasan mereka sebagai kaum difabel.

Menariknya lewat film "Don't Talk Love" ini, Mouly Surya sukses membuat penonton berhenti untuk 'berkasian' dengan kaum difabel. Tidak hanya itu, ia juga sukses memberikan 'hawa' kenormalan dari kaum difabel, penuh cinta, penuh rasa, penuh sensitifitas, yang tersampaikan lewat cara mereka masing-masing.



Film ini, menurut saya, adalah sebuah film yang menyentuh jiwa secara lembut; bukan pikiran, bukan logika, bukan soal 'plotnya seperti apa sih?' Jadi, mari sejenak lupakan soal plot film atau bagaimana cerita digarap lewat norma-norma keabsahan normal, kemudian nikmati dengan menjadi Diana yang melihat hanya sedekat dua sentimeter dari matanya, atau Fitri yang mampu disentuh hatinya lewat surat-surat sentimentil untuk Nicolas Saputra.

Apabila anda mampu menjadi penonton berjenis seperti ini, sungguh anda bisa merasakan mengapa "Don't Talk Love" masuk ke dalam nominasi di Sundance 2013.

Satu hal penting yang menjadi titik-balik film ini adalah ketika Mouly menggambarkan keadaan mereka menjadi 180 derajat terbalik dari keadaan yang sesungguhnya. Apakah itu (sesungguhnya)akan menjadi lebih baik? Apakah menjadi manusia tanpa kebutuhan khusus, yang awalnya adalah impian, merupakan keadaan terbaik untuk mereka?

Mouly memberi jawabannya di What They Don't Talk When They Talk About Love.



Satu hal penting yang wajib saya tulis sebagai pengingat masa depan adalah ucapan terima kasih yang tidak terhingga untuk Mouly Surya atas adegan-adengan yang cukup memuaskan mata ketika setting Nicolas Saputra dan Ayushita di therapy pool. Mengapa? Karena ini adalah mimpi seumur hidup melihat Nicolas beradegan seperti itu.


(Ribka Anastasia Setiawan)
4.2 stars from 5 stars.

(Image Sourcc: Mobi)

No comments: