Rindu

Faktanya, manusia punya ribuan cara untuk mengasingkan dan mengasihani diri karena sedang berada dalam sebuah satuan waktu bernama rindu. Cara itu kemudian berlomba-lomba menjadi sebuah cara yang terasa paling menyakitkan dan kemudian memunculkan tanya dari kepala: apa cara paling menyakitkan untuk merindukan seseorang?


Ini versi saya.


Bagaimana ketika rindu adalah sebuah perasaan yang terpasang seharga mati, tak bisa ditawar, kepada seseorang yang tidak pernah tersentuh halus kulitnya secara nyata?

Rindu yang datang kepada seseorang yang hanya terjamah lewat kepala dan pikiran; menjadi alasan seseorang berkenalan dekat dengan rasa bodoh dan kemudian berbisik kepada dirinya sendiri, 'apabila pintar adalah berenang di kolam realitas, menjadi bodoh dalam imajinasi tentang dirimu selamanya bukanlah masalah.'


Bagaimana ketika rindu adalah sebuah perasaan atas perpisahan yang sesungguhnya sudah ada sedari dulu kala, namun realita tertahan di kepala karena anak manusia itu terlalu takut untuk membuka mata dan melihat kenyataan yang berputar-putar disekeliling.

Anak manusia itu lupa, realita tidak akan pernah tertahan selamanya--ia seperti bom waktu yang sewaktu-waktu akan bereksplosi.


Bagaimana ketika rindu adalah kesedihan mendalam yang datang tanpa alasan pasti. Ia hanya muncul secara sedikit demi sedikit dari dalam rongga hati seorang anak manusia, kemudian membuat anak manusia itu merasa sangat dekat dengan rasa rindu yang akhirnya merangsang selaput airmata mengeluarkan satu air terjun kecil dari mata, pipi, kemudian lepas bebas ke tanah, karena rindu yang muncul sudah terlalu menyesak dada.

Dan ketika ada anak manusia lain yang bertanya, "kenapa?" Tidak ada jawaban terbaik yang muncul selain senyuman dan gelengan kepala untuk gestur lain dari kalimat "saya tidak apa-apa" karena deskripsi rasa terlalu sulit dilakukan dan semua tentunya akan berakhir menjadi tangisan. Perasaan tak terdefinisi. Rindu yang kehilangan rangkaian kata karena terlalu menyesak dada.


Bagaimana ketika rindu datang kepada sesuatu yang bahkan tak mampu dideskripsikan oleh ribuan kata-kata karena ia terlalu menggema di kepala dan jiwa sibuk mencari alasan, "mengapa saya merindu dia dan bukan yang lain?"



Saya rindu kamu.

Josh "Ted Mosby" Radnor Dan Film Liberal Arts

Liberal Arts (2012) adalah sebuah film yang memang sudah lama saya tunggu keberadaannya. Film ini cukup menarik saya hanya dengan sebuah cuplikan film atau trailer yang berdurasi kurang dari lima menit.

Mengapa?

Mungkin karena kepala saya langsung mengekspektasi sebuah kisah cinta antara dua generasi lelaki dan perempuan yang berbeda umur hampir lima belas tahun. Mungkin juga karena Josh Radnor, si laki-laki yang sangat likeable, kalau saya boleh meminjam salah satu dialog dari Elizabeth Olsen, menjadi pemeran utama film ini, sutradara, serta juga penulis cerita.

Ternyata, ekspektasi saya mampu terpenuhi, bahkan hampir mendekati bayangan di kepala. Saya melihat akting matang dari Elizabeth Olsen yang bisa mengimbangi akting natural dari Josh. Bahkan detail less make-up karena Elizabeth adalah seorang mahasiswi tidak mengurangi kecantikan alami aktris ini, pun malah menambah warna natural dari film ini.


Bercerita mengenai Jesse Fisher, yang diperankan secara baik oleh Josh, ketika kembali menapak ke kampus almamaternya karena undangan dari salah seorang mantan profesor yang sempat menjadi pengajarnya ketika masih duduk di bangku kuliah. Tanpa sengaja, ia bertemu dengan Zibby, gadis berusia sembilan belas tahun, yang bisa dikatakan memiliki pola pikir 'berbeda' untuk anak seumurannya.

Sebelum Josh kembali ke rumahnya, Zibby memutuskan untuk menunjukan ketertarikannya kepada Jesse lewat sebuah CD lagu dan permohonan untuk bertukar surat. Bukan e-mail. Bukan sms. Tapi surat yang ditulis tangan. Lewat dialog-dialog manis yang terjadi antar surat Zibby dan Jesse, keduanya merasa memiliki koneksi yang sama.

Setelah pembicaraan lewat surat yang cukup lama, Jesse akhirnya memutuskan untuk kembali menemui Zibby. Namun kedewasaan yang ditunjukan oleh Jesse dari awal film membuat penonton menyadari ia bukanlah lelaki yang mudah 'terbawa perasaan', sehingga kisah cintanya dengan Zibby menarik untuk disimak.

Kedewasaan untuk memilih antara seks dan perasaan tanggung jawab. Kedewasaan untuk memilih mengenal cinta secara baik atau mengikuti keinginan hati.... dan Josh, menurut saya, sukses memerankan karakter Jesse dengan baik.


Menikmati Liberal Arts dengan durasi film sekitar sembilan puluh menit lebih seperti membawa saya kembali ke masa lalu. Suasana kuliah terasa kental di film ini; itu terasa apabila melihat bagaimana sang sutradara yaitu Josh Radnor sendiri memperhatikan detail-detail kecil yang malah terlihat membuat film semakin matang dan terplot baik.

Tidak bisa dilupakan juga mengenai akting Elizabeth Olsen yang sangat memukau karena simpel natural dan (seperti) menjadi dirinya sendiri. Elizabeth malah tidak terlihat seperti sedang berakting. Ini seakan-akan seperti perjalanan kisah hidupnya yang tidak sengaja dibuat film.

Secara keseluruhan, film ini cukup menarik untuk ditonton. Apalagi melihat bahwa ini film yang ditulis dan disutradarai langsung oleh Josh Radnor, walau nampaknya, Josh seperti 'terikat' dengan karakter laki-laki baik dan berpikiran panjang (remembering us about Ted Mosby, eh?). Bahkan ending penyelesaian masalahnya pun agak mirip dengan kisah-kisah Ted Mosby di How I Met Your Mother.


(Ribka Anastasia Setiawan)
3.4 stars from 5 stars.

#MyLifeAsWriter Finally At Bookstore (My Life As Writer by PlotPoint)

Akhirnya, My Life As: Writer bisa juga ditemukan di toko-toko buku terdekat. Senang rasanya melihat 'anak' ini sudah bisa dibaca oleh orang lain diluar penulis, editor, dan penerbit. Saya senang sekali kalau ada diantara kalian yang mau berbagi komentar di form bawah atau mention saya di Twitter.

Dari awal munculnya My Life As: Writer, beberapa teman juga sudah mengirimkan gambar mereka dengan buku itu, hasil pencarian dari toko-toko buku. Senang. :)

(Yang mau ikutan kirim foto kalian juga boleh loh!)

Sweet Romantic

On your birthday, you should throw a party. This is my advice for everybody, it's for remind you about how wonderful and flawless your skin are when you are young.






All photos by me. Don't use it without my permission.

This Is When You Realized You Madly In Love With Stranger That Became An Important Stranger For You


Let's say, this whole post will describe how much in love am I now. It's contain many cheesy line that make you would vomit. If you feel you can't handle a girl who in love, I warned you, stop reading. But if you want to find a little piece of trust with love, keep reading.


Halo kamu manusia yang penuh dengan cinta, apa kabar? Sudah hampir menuju setahun sejak saya pertama kali memutuskan menulis mengenai kamu, disini.

Saya kangen kamu, walau baru beberapa jam sebelum post ini ditulis, kamu menemani saya berbagi pagi dengan segelas kopi Starbucks bekasan kemarin dan kamu dengan sarapan khas Persian.

Saya kangen kamu, walau baru beberapa jam sebelum post ini ditulis, kamu sedang sibuk memarahi saya dan kebiasaan meminum kopi yang akhirnya membuat saya jadi nocturnal.

Saya kangen kamu, walau lusa kemarin kita bertengkar karena saling menyalahkan mengenai jaringan internet siapa yang jelek; kamu atau saya, kemudian kamu memutuskan untuk mengalah dan memasang alat tambahan guna mengurangi freezing picture di Skype.

Saya kangen kamu, karena kamu tahu kapan harus mencium pipi ini secara maya ketika saya sedang berada di masa PMS; dan seluruh tindakanmu menjadi serba salah dimata saya.

Saya kangen kamu dan percakapan yang terjadi diantara kita beberapa minggu lalu:

"Why you love me?" dan kemudian kamu menjawab "because you love me..." dan saya marah, kemudian kamu berbisik pelan, "I love you more than how you tell me you love me..." dan kemudian saya tersenyum malu.

Saya kangen kamu dan seluruh waktu yang kita bagi bersama-sama.



Saya kangen kamu, walau kamu punya kebiasaan menyebalkan yakni mengejek saya dan kemampuan otak saya yang sangat rendah dengan subjek Kimia, Fisika, dan Matematika. Namun saya tahu, seberapa seringnya kamu mengejek saya, kamu bangga dengan segala jenis prestasi di bidang menulis yang saya selalu gembar-gemborkan ke kamu. Hanya ke kamu.

Saya kangen kamu, karena dengan begitu, setiap kali saya bertemu muka denganmu, ada rasa sayang yang terus bertambah dan bukan berkurang.

Saya kangen kamu, walau seluruh sahabat baik mengatakan saya sedang membuang waktu dengan sesuatu yang sia-sia. Kemudian saya bertanya kepada mereka yang mengatakan itu, akan tetapi dalam diam dan hanya sebatas kalimat di kepala, sia-sia yang seperti apa? Berpacaran selama tujuh tahun kemudian putus? Itu sia-sia bukan? Mengapa ada seseorang yang lancang memberi definisi sia-sia dalam hubungan antar anak manusia?

Saya kangen kamu, karena kamu adalah satu-satunya anak manusia yang mampu membuat saya yakin dengan hari-hari yang saya jalani, karena saya tahu, pada malam hari saya memiliki seseorang untuk berbagi cerita.

Saya kangen kamu, karena itu adalah perasaan yang tidak pernah bisa saya hentikan dari dalam diri saya. Sesuatu yang datang secara kasat mata dan terus berkembang semakin erat dan kuat.

Saya kangen kamu berkata bahwa saya memiliki bibir paling indah yang pernah kamu lihat dari seorang wanita.

Saya kangen kamu mengirimkan pesan lewat Yahoo atau Whatsapp dengan isi yang tidak penting semacam "hon, just see couple who fighting and suddenly remember of us.." atau "did you realized that Italian food have an expensive price here?" atau "another issue that Iran has a nuclear. I mean, we more than a nuclear (see a handsome guy who send this text to you?)"

Saya kangen kamu dan pelajaran-pelajaran mengenai hukum kuantum dan hukum-hukum lain yang ada dalam Fisika atau Kimia.

Saya kangen kamu menunggu saya tertidur kemudian mematikan jaringan Skype setelah memastikan saya benar-benar tertidur.

Saya kangen kamu dan imajinasimu mengenai apa kita akan merasakan hal yang sama apabila kita berada dalam satu kota, satu negara, dan berbagi oksigen secara nyata.

Saya kangen kamu berteriak menyuruh saya mengerjakan tugas atau pekerjaan daripada hanya mengeluh mengenai itu.



Yang terindah adalah,

Saya kangen kamu karena saya tahu, hanya dengan itu kamu bisa hidup dalam kepala saya, membuat saya mengerti konsep "cukup" yang selama ini digembar-gemborkan banyak orang.

Terima kasih perjalanan yang indah ini. Walau tidak nyata, kamu menjadi seorang asing yang begitu penting untuk saya, membuat waktu menunggu laki-laki baik yang datang dalam kehidupan saya terasa lebih bermakna.

Happy one year, hon. Nice to meet you and thank you for being an important stranger to me. Our memories still in my mind; never fade, never run.

Source photo: Raisa